Kondisi gagal bayar obligasi yang dihadapi oleh Dubai World mengganggu prospek pembiayaan pemerintah lewat penerbitan sukuk atau SBSN (Surat Berharga Syariah Negara), karena Dubai World merupakan penerbit suku terbesar di dunia.
Demikian disampaikan oleh Dirjen Pengelolaan Utang Departemen Keuangan Rahmat Waluyanto kepada detikFinance , Sabtu (28/11/2009).
"Dampak gagal bayar (Dubai) terhadap Indonesia adalah prospek sukuk. Nakheel, property unit dari Dubai World group selama ini penerbit sukuk terbesar. Ini akan menambah daftar default sukuk yang sudah terjadi Kuwait dan AS," tuturnya.
Rahmat mengatakan di AS saat ini sedang terjadi sebuah kasus soal legalitas sukuk. "Sukuk (ijarah misalnya), by definition , merupakan claim terhadap benefit suatu asset , tapi investor anggap sebagai utang," katanya.
"Tapi masalah legal ini tidak ada di Indonesia karena legal framework dalam UU SBSN sudah jelas," imbuhnya.
Masalah gagal bayar obligasi Dubai World ini adalah karena lemahnya keterbukaan (disclosure ) serta pengawasan (supervisi).
"Sebagian dari debts dicatat off-balance sheet dan ratio utang mencapai 103%. Beberapa bank besar Eropa yang menjadi kreditur disinyalir terpengaruh kinerja keuangannya," tutupnya.
Comments :
Posting Komentar